RENUNGAN MENJELANG USIA 60
حَدَّثَنِي عَبْدُ السَّلاَمِ بْنُ مُطَهَّرٍ، حَدَّثَنَا عُمَرُ بْنُ عَلِيٍّ، عَنْ مَعْنِ بْنِ مُحَمَّدٍ الغِفَارِيِّ، عَنْ سَعِيدِ بْنِ أَبِي سَعِيدٍ المَقْبُرِيِّ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: «أَعْذَرَ اللَّهُ إِلَى امْرِئٍ أَخَّرَ أَجَلَهُ، حَتَّى بَلَّغَهُ سِتِّينَ سَنَةً» تَابَعَهُ أَبُو حَازِمٍ، وَابْنُ عَجْلاَنَ، عَنِ المَقْبُرِيِّ (البخاري)
“Berkata kepadaku Abdus Salam bin Mutohar, berkata kepada kami Umar bin Ali dari Ma’n Muhammad Al Ghifari, dari Sa’id bin Said Al Maqburi, dari Abi Hurairah dari Nabi Shallallahu alaihi wa sallam, beliau bersabda: Allah menghilangkan udzr(hujjah/alasan) kepada seseorang yang ajalnya diakhirkan sampai dia berumur enam puluh tahun. Hadits ini diikuti (periwayatnnya) oleh Abu Hazm dan Ibn ‘Ajlan dari Al Maburi.
Syarah dalam Fathul Bariy:
يُسْتَفَادُ مِنْهُ أَنَّ الْأَعْذَارَ لَا تَقْطَعُ التَّوْبَةَ بَعْدَ ذَلِكَ وَإِنَّمَا تَقْطَعُ الْحُجَّةَ الَّتِي جَعَلَهَا اللَّهُ لِلْعَبْدِ بِفَضْلِه
“Dari hadits tersebut dapat diambil faidah, bahwa al a’dzar (tidak diterimanya hujjah) itu tidak memutuskan taubat, tetapi hanya akan memutuskan hujjah di hadapan Allah SWT yang Allah telah memberikan kesempatan kepadanya atas karunia-Nya.”
6420 – عَنِ ابْنِ شِهَابٍ، قَالَ: أَخْبَرَنِي سَعِيدُ بْنُ المُسَيِّبِ، أَنَّ أَبَا هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
يَقُولُ: ” لاَ يَزَالُ قَلْبُ الكَبِيرِ شَابًّا فِي اثْنَتَيْنِ: فِي حُبِّ الدُّنْيَا وَطُولِ الأَمَلِ “
“Dari Ibn Syihab, dia berkata bahwa Sa’id bin Musayab telah memberi khabar kepada saya bahwa Abu Hurairah berkata, saya mendengar Rasulullah bersabda: Hati orang yang sudah tua akan selalu berjiwa muda dalam dua hal: yaitu cinta dunia dan panjang angan angan. (al Bukhori)
Syarah Fathul Bariy:
قَوْلُهُ أَعْذَرَ اللَّهُ الْإِعْذَارُ إِزَالَةُ الْعُذْرِ وَالْمَعْنَى أَنَّهُ لَمْ يَبْقَ لَهُ اعْتِذَارٌ كَأَنْ يَقُولَلَوْ مُدَّ لِي فِي الْأَجَلِ لَفَعَلْتُ مَا أُمِرْتُ بِهِ يُقَالُ أَعْذَرَ إِلَيْهِ إِذَا بَلَّغَهُ أَقْصَى الْغَايَةِ فِي الْعُذْرِ وَمَكَّنَهُ مِنْهُ وَإِذَا لَمْ يَكُنْ لَهُ عُذْرٌ فِي تَرْكِ الطَّاعَةِ مَعَ تَمَكُّنِهِ مِنْهَا بِالْعُمُرِ الَّذِي حَصَلَ لَهُ فَلَا يَنْبَغِي لَهُ حِينَئِذٍ إِلَّا الِاسْتِغْفَارُ وَالطَّاعَةُ وَالْإِقْبَالُ عَلَى الْآخِرَةِ بِالْكُلِّيَّةِ
Artinya: “Sabda Nabi “أعذر الله” berari meniadakan alasan. Yang dimaksudkan adalah, bahwa manusia (kelak) akan selalu beralasan, seperti “seandainya usiaku dipanjangkan pasti aku akan mengerjakan apa yang diperintahkan kepadaku”. Ungkapan أعذر اليهdigunakan ketika seseorang memang mempunyai alasan (hujjah) kuat, dan ia dapat memposisikan dirinya dalam hujjah tersebut. Kalau dia tidak mempunyai alasan (hujjah) yang kuat untuk meninggalkan ketaatan sedangkan dia telah diberi kesempatan (umur) yang dicapainya, maka tidak layak baginya beralasan kecuali hanya beristighfar, melakukan ketaatan, dan mempersiapkan akhiratnya secara total.
وَنِسْبَةُ الْإِعْذَارِ إِلَى اللَّهِ مَجَازِيَّةٌ وَالْمَعْنَى أَنَّ اللَّهَ لَمْ يَتْرُكْ لِلْعَبْدِ سَبَبًا فِي الِاعْتِذَارِ يَتَمَسَّكُ بِهِ وَالْحَاصِلُ أَنَّهُ لَا يُعَاقَبُ إِلَّا بَعْدَ حُجَّةٍ قَوْلُهُ أَخَّرَ أَجَلَهُ
يَعْنِي أَطَالَهُ حَتَّى بَلَّغَهُ سِتِّينَ سَنَة
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَفَعَهُ أَعْمَارُ أُمَّتِي مَا بَيْنَ السِّتِّينَ إِلَى السَّبْعِينَ وَأَقَلُّهُمْ مَنْ يَجُوزُ ذَلِكَ (رواه ألترمذى)
“menisbahkan kata الاعذار kepada Allah adalah bersifat majaziy, maksudnya adalah Allah tidak akan meninggalkan sebab untuk hambanya dalam berhujjah yang dapat dijadikan pegangan. Al hasil, hamba tersebut tidak akan disiksa sebelum didengar hujjahnya.. kata أَخَّرَ أَجَلَهُdimaksud adalah memanjangkan umurnya sampai enam puluh tahun.
Diriwayatkan dari Abi Hurairah ra, hadits ini marfu’, sampai kepada Nabi, bahwa a’usia ummatku antara enam puluh sampai tujuh puluh tahun. Dan sedikit dari mereka yang melampaui batas itu. (HR Turmudziy).
وَيَتَوَلَّدُ مِنْ طُولِ الْأَمَلِ الْكَسَلُ عَنِ الطَّاعَةِ وَالتَّسْوِيفُ بِالتَّوْبَةِ وَالرَّغْبَةُ فِي الدُّنْيَا وَالنِّسْيَانُ لِلْآخِرَةِ وَالْقَسْوَةُ فِي الْقَلْبِ
Panjang angan angan akan melahirkan malas melakukan ketaatan, menunda nunda taubat, cinta dunia, lupa akhirat dan hati yang keras.
قَالَ بن بَطَّالٍ إِنَّمَا كَانَتِ السِّتُّونَ حَدًّا لِهَذَا لِأَنَّهَا قَرِيبَةٌ مِنَ الْمُعْتَرَكِ وَهِيَ سِنُّ الْإِنَابَةِ وَالْخُشُوعِ وَتَرَقُّبِ الْمَنِيَّةِ فَهَذَا إِعْذَارٌ بَعْدَ إِعْذَارٍ لُطْفًا مِنَ اللَّهِ بِعِبَادِهِ حَتَّى نَقَلَهُمْ مِنْ حَالَةِ الْجَهْلِ إِلَى حَالَةِ الْعِلْمِ ثُمَّ أَعْذَرَ إِلَيْهِمْ فَلَمْ يُعَاقِبْهُمْ إِلَّا بَعْدَ الْحُجَجِ الْوَاضِحَةِ وَإِنْ كَانُوا فُطِرُوا عَلَى حُبِّ الدُّنْيَا وَطُولِ الْأَمَلِ لكِنهمْ امروا بمجاهدة النَّفس فِي ذَلِك ليمتثلوا مَا أُمِرُوا بِهِ مِنَ الطَّاعَةِ وَيَنْزَجِرُوا عَمَّا نُهُوا عَنْهُ مِنَ الْمَعْصِيَة
Ibn Bathal berkata: bahwasanya usia 60 tahun itu adalah batas untuk meninggalkan hubbud dunia dan panjang angan angan, karena pada usia tersebut sudah mendekati dengan kematian. Itu adalah usia kembali kepada Allah dan hati khusyu’ dan menunggu kematian. Ini adalah alasan demi alasan karena kemurahan Allah terhadap hamba hamba-Nya, sehingga Allah memindahkan dia dari kebodohan menjadi berilmu, kemudian Allah memberikan kepada mereka untuk beralasan, maka Allah tidak akan menyiksa mereka kecuali setelah mereka beralasan secara jelas. Walaupun mereka diciptakan atas cinta dunia dan panjang angan angan, akan tetapi mereka diperintahkan untuk memerangi hawa nafsu dama hal tersebut agar mereka mengikuti ketaatan yang diperintahkan dan menghindari maksiat yang memang dilarang.
قَالَ بَعْضُ الْحُكَمَاءِ الْأَسْنَانُ أَرْبَعَةٌ سِنُّ الطُّفُولِيَّةِ ثُمَّ الشَّبَابِ ثُمَّ الْكُهُولَةِ ثُمَّ الشَّيْخُوخَةِ وَهِيَ آخِرُ الْأَسْنَانِ وَغَالِبُ مَا يَكُونُ مَا بَيْنَ السِّتِّينَ وَالسَّبْعِينَ فَحِينَئِذٍ يَظْهَرُ ضَعْفُ الْقُوَّةِ بِالنَّقْصِ وَالِانْحِطَاطِ فَيَنْبَغِي لَهُ الْإِقْبَالُ عَلَى الْآخِرَةِ بِالْكُلِّيَّةِ لِاسْتِحَالَةِ أَنْ يَرْجِعَ إِلَى الْحَالَةِ الْأُولَى مِنَ النَّشَاطِ وَالْقُوَّةِ
Sebagian orang bijak mengatakan usia manusia itu dibagi menjadi 4 kelompok. Yaitu usia anak anak, usia remaja/pemuda, usia setengah baya dan usia lanjut. Usia lanjut adalah kelompok usia penghabisan, yaitu antara 60 tahun dan 70 tahun. Maka pada saat itu tampak nyata kekuatan sudah melemah, dan kelincahan sudah kurang. Maka sudah selayaknya bagi orang pada usia tersebut untuk menghadapi akhirat secara total, karena mustahil akan kembali kepada kondisi lincah dan kuat seperti dulu.
Janganlah smpai kita menyesal di kemudian hari sebagaimana yang digambarkan oleh Allah dalan Surah Al Fathir ayat 38:
وَهُمْ يَصْطَرِخُونَ فِيهَا رَبَّنَا أَخْرِجْنَا نَعْمَلْ صَالِحًا غَيْرَ الَّذِي كُنَّا نَعْمَلُ أَوَلَمْ نُعَمِّرْكُمْ مَا يَتَذَكَّرُ فِيهِ مَنْ تَذَكَّرَ وَجَاءَكُمُ النَّذِيرُ فَذُوقُوا فَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ نَصِيرٍ
Dan mereka berteriak di dalam neraka itu: “ya Tuhan kami, keluarkanlah kami, niscaya kami akan mengerjakan amal yang saleh berbeda dengan yang telah kami kerjakan.” Dan apakah kami tidak memanjangkan umurmu dalam masa yang cukup untuk berfikir bagi orang orang yang mau berfikir. Dan (apakah tidak) datang kepada kamu pemberi peringatan? Maka rasakanlah (azab Kami) dan tidak ada bagi orang orang yang zalim seorang penlongpun. (35:38)
Imam Al Qurtubi dalam menjelaskan ayat tersebut menukil pendapat Imam Bukhori:
وَتَرْجَمَ الْبُخَارِيُّ: (بَابُ مَنْ بَلَغَ سِتِّينَ سَنَةً فَقَدْ أَعْذَرَ اللَّهُ إِلَيْهِ فِي الْعُمُرِ لِقَوْلِهِ عَزَّ وَجَلَّ” أَوَلَمْ نُعَمِّرْكُمْ مَا يَتَذَكَّرُ فِيهِ مَنْ تَذَكَّرَ وَجاءَكُمُ النَّذِيرُ” يَعْنِي الشَّيْبَ)
Imam Bukhori mengartikan: (Bab orang yang mencapai usia 60 tahun maka Allah telah menghilangkan alasan/hujjah baginya tentang masalah umur, berdasarkan firman Allah: “Dan apakah kami tidak memanjangkan umurmu dalam masa yang cukup untuk berfikir bagi orang orang yang mau berfikir, dan telah datang kepadamu pemberi peringatan”, maksudnya adalah uban (rambut yang memutih).
أوصيني واياكم بتقوى الله.
واللــه أعلم بالصـواب